INFLASI DAN PENGANGGURAN
INFLASI DAN PENGANGGURAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Pengantar Ekonomi
Makro
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Lailatus Sa’adah,SE.,MM
Oleh:
Nur Rochmad
Devi Suntiyah
UNIVERSITAS KH. WAHAB HASBULLAH
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai
macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada
negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah
ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan kemiskinan di
Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan solusi yang
tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara
Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju
Dua
indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling
berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada
berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan
pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses
pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada
jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu,
pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua
masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita
ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat menggeser
kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat
memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang
beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan
permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva
phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih
tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips
menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para
pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penjelasan tentang inflasi
dan pengangguran?
2.
Bagaimana hubungan inflasi dengan
pengangguran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
INFLASI
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara
terus-menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan
harga secara terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar,
sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap
berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya
beli masyarakat. Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala
harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus).
Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena
secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi
pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka
itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang
akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar
tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat
inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah
sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar
tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan
tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di
luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang
(depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik.
Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun
langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan
kembali.
·
Beberapa
cara untuk menggolongkan Jenis-jenis Inflasi
Penggolongan pertama didasarkan pada
parah atau tidaknya inflasi tersebut. Membedakan beberapa macam inflasi yaitu :
Ø Inflasi Merayap (inflasi yang terjadi sekitar 2-3 persen
per tahun)
Ø Inflasi Sederhana (inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen per tahun)
Ø Hiperinflasi (inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.
Ø Inflasi Sederhana (inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen per tahun)
Ø Hiperinflasi (inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.
·
Dilihat
dari tingkat keparahannya, Inflasi dapat dipilah dalam tiga kategori :
Ø Inflasi Sedang (Moderate
Inflation)
Yaitu inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat secara lambat, dan tidak terlalu menimbulkan
distorsi pada pendapatan dan harga relative.
Ø Inflasi Ganas (Galloping
Inflation)
Yaitu inflasi yang mencapai antara dua
atau tiga digit seperti 20, 100 atau 200 persen per tahun dan dapat menimbulkan
gangguan-gangguan serius dalam perekonomian.
Ø Hyperinflasi (Hyperinflation)
Ø Hyperinflasi (Hyperinflation)
Yaitu tingkat inflasi yang sangat parah,
bisa mencapai ribuan bahkan milyar persen per tahun, merupakan jenis yang
mematikan.
·
Jenis-jenis
Inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya Inflasi tersebut
Ø Inflasi tarikan permintaan
Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari
adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat
dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
Ø Inflasi dorongan biaya
Ø Inflasi dorongan biaya
Inflasi yang terjadi sebagai akibat
adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan
efisiensi perusahaan.
Ø Inflasi Struktural
Inflasi yang terjadi akibat dari berbagai
kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak
responsif terhadap permintaan yang meningkat.
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan
dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi
bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran,
atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian
Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik
negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut.
·
Dampak Negatif
1. Bila harga secara umum
naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak
berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong
sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara
rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari
kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna
membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank
kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3. Produsen cenderung
memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara
mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang
relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah
yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki
banyak uang.
5. Bila inflasi
berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara
kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen
dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
·
Dampak positif
1. Masyarakat akan
semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin
dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang
berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin
dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran
cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan
produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
a)
Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai
melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral
melalui peralatan moneter yaitu : (1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open
Market Operation) dimana pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral
dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga.Untuk
meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga.
Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli
surat-surat berharga ; (2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy)
yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang
diberikan kepada Bank Umum; (3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve
Requirement) yaitu proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank
umum atas simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk
menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang
menjadi lebih kecil.
b)
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi
permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat
dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan
yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan
Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta
didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara
riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
B.
Hubungan Inflasi dengan
Pengangguran
Arti
inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana
diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung
tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang,
baik barang yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat rumah
misalnya). Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang
mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi,
maka secara teoritis para pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan
saja karena banyak masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen
seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah
produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu
memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga
hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah
masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika
angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi.
Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum,
yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi
mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti
semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah
inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa.
Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari
masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil.
Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi
dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah pengangguran.
Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang
seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya
lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan
dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah
pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun
juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di
negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara
berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan
bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun
masalah sosial politik di negara tersebut.
BAB
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1)
Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya
harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa
turunnya nilai uang.
2)
Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin
meningkatnya nilai uang.
3)
Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan
output ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang
disebabkan oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
4) Dari kurva phillips
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran
semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan
inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
DAFTAR
PUSTAKA
Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit
BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.
Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus
Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit Erlangga : 1997.
Manullang. Pengantar Teori
Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.
Nopirin. Ekonomi Moneter
Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2000.